Minggu, 24 Juli 2011

Rekreasi: Membangun Kompetensi Sosial Sejati

Ibu Guru
Bapak Guru

Bercengkrama



Bekerja saling berbagi, membentuk hati saling peduli







Rabu, 26 Januari 2011

MENYIASATI TATA GUNA LINGKUNGAN SEKOLAH SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN YANG OPTIMAL

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sebagai makhluk ciptaan Allah SWT, manusia tentunya berada dalam patron hubungan yang sudah digariskan, yaitu hubungan manusia dengan Yang Maha Pencipta, hubungan manusia dengan manusia, serta hubungan manusia dengan alam sekitarnya. Kemudian, dari seluruh populasi makhluk hidup di bumi, manusia merupakan populasi utama dan manusialah yang bertindak sebagai subjek nyata dalam mengatur kehidupan dunia, maka segala sesuatunya kemudian diatur dan disesuaikan dengan keinginan dan kebutuhan manusia itu sendiri.

Pertumbuhan populasi manusia yang semakin meningkat mengakibatkan timbulnya berbagai akses yang baik secara langsung atau tidak langsung telah merusak struktur tatanan lingkungan. Demi memenuhi keinginan dan kebutuhannya yang terus bertambah, maka manusia dihadapkan pada pemanfaatan sumberdaya lingkungan. Keadaan ini dapat berimbas pada ketidakseimbangan alam yang berdampak pada tidak selarasnya hubungan manusia dengan lingkungan.

Pendidikan merupakan langkah awal guna membentuk manusia seutuhnya. Melalui pendidikan manusia diciptakan agar mengerti kedudukan mereka terhadap lingkungan hidupnya. Di satu sisi keberhasilan pendidikan dapat diukur dari sejauhmana manusia mampu memanfaatkan sumberdaya lingkungan untuk kesejahteraannya. Di sisi lain, kesuksesan pendidikan juga dapat diukur dari sejauhmana manusia dapat menjaga kelestarian lingkungannya. Namun, disadari atau tidak, sebenarnya lingkungan ikut menetukan keberhasilan pendidikan seseorang. Dalam hal ini Syah (2003:134) mengungkapkan bahwa “selain faktor internal kesuksesan belajar juga dipengaruhi oleh faktor eksternal salah satunya adalah lingkungan sekitar siswa”.

Sekolah merupakan sebuah lembaga formal pendidikan yang di dalamnya terdiri dari berbagai kompenen. Di mana keseluruhan komponen saling terkait dan saling mempengaruhi. Tersebutlah komponen tersebut terdiri pendidik, subjek didik, lingkungan fisik, dan lingkungan sosial. Ketiadaan atau kemerosotan salah satu komponen tentunya dapat berimbas pada aspek pendidikan di sekolah secara keseluruhan. Misalnya, ketidaknyamanan lingkungan belajar dapat mempengaruhi minat belajar siswa.

Sejak penulis dipercayakan sebagai pimpinan sekolah Tahun 2005 kondisi kebersihan halaman sekolah yang agak kotor, banyak sampah berserakan, air tergenang di beberapa tempat yang rendah serta kurang dioptimalkan taman melalui penataan yang baik membuat sekolah sebagai pusat pembelajaran agak semraut.

Beranjak dari permasalahan tersebut, tentunya diperlukan langkah-langkah yang tepat dalam mengelola lingkungan sekolah. SMA Negeri 1 Mutiara sebagai salah satu sekolah yang berada di Kota Beureunuen – kota ibukota Kecamatan Mutiara dan salah satu kota perdagangan di Kabupaten Pidie – sehingga suasana kota sangat dominan. Pola lingkungan bersih dan asri yang ditopang oleh keindahan tanaman menjadi salah satu upaya dalam meningkatkan tata guna lingkungan di SMA Negeri 1 Mutiara. Usaha ini diharapkan dapat meningkatkan minat belajar siswa SMA Negeri 1 Mutiara dan secara khusus nantinya diharapkan dapat meningkatkan kualitas belajar mengajar antara guru dan siswa.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan yang perlu diselesaikan antara lain:

  1. Bagaimana kepala sekolah menyiasati tata guna lingkungan sekolah sebagai upaya peningkatan kualitas pembelajaran yang optimal pada SMA Negeri 1 Mutiara?
  2. Kendala-kendala apasajakah yang timbul dalam rangka menyiasati tata guna lingkungan sekolah sebagai upaya peningkatan kualitas pembelajaran yang optimal pada SMA Negeri 1 Mutiara?
  3. Sejauhmana faktor-faktor pendukung dapat didayakan secara optimal?

C. Strategi Pemecahan Masalah

Untuk menyelesaikan masalah penataan lingkungan sekolah pada SMA Negeri 1 Mutiara maka digunakan strategi pemecahan masalah mencoba-coba. Strategi ini biasanya digunakan untuk mendapatkan gambaran umum pemecahan masalah (trial and error). Proses mencoba-coba ini tidak akan selalu berhasil, adakalanya gagal. Proses mencoba-coba dengan menggunakan suatu analisis yang tajam sangat dibutuhkan pada penggunaan strategi ini.

Jika ditinjau dari kompleksitas permasalahan di atas, maka masalah tersebut dapat diklasifikasikan ke dalam choice of combination, yaitu jenis masalah yang memerlukan pemecahan masalah dengan mengombinasikan dua atau lebih aturan. Pendekatan tulisan ini bersifat deskriptif, yaitu penulisan yang menggambarkan fenomena-fenomena yang terjadi apa adanya.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Alasan Pemilihan Strategi

Pemilihan strategi pemecahan masalah dengan mencoba-coba tentu memiliki alasan kuat. Sebagai pimpinan baru di SMA Negeri 1 Mutiara (ketika baru ditempatkan) tentunya memerlukan waktu untuk beradaptasi serta membangun kerjasama yang harmonis antar warga sekolah. Sehingga regulasi dalam bentuk apapun yang dibuat tentunya memerlukan kesepakatan semua pihak.

Di sisi lain, penataan lingkungan sekolah juga membutuhkan biaya, seperti penimbunan tempat-tempat yang rendah. Kemudian hal penting lainnya adalah penataan lingkungan harus bersifat berkesinambungan, artinya hasil yang diinginkan tidak bersifat pragmatis. Dengan demikian percobaan penerapan aturan juga harus diikuti dengan kesadaran untuk memelihara dan merawat.

Hal inilah yang menjadi alasan dipilihnya strategi pemecahan masalah trial and error dalam menyiasati tata guna lingkungan sekolah sehingga dapat berimbas pada peningkatan kualitas pembelajaran di SMA Negeri 1 Mutiara.

B. Hasil yang Dicapai

Seiring dengan kemauan serta kerja keras semua warga sekolah, lambat tapi pasti, lingkungan sekolah SMA 1 Mutiara terlihat mulai asri, rapi dan nyaman. Hal ini tentunya dapat meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah. Program penataan lingkungan sekolah dan penghijauan mulai dilaksankan pada Tahun Ajaran 2007-2008. setelah kegiatan tersebut dilaksankan maka didapat hasil yang dicapai oleh sekolah, beberapa diantaranya mendapat apresiasi dari pihak eksternal, seperti:

  1. Juara I Penghijauan Sekolah Tingkat Kabupaten Pidie Tahun 2008-2009.
  2. Juara II Sekolah yang Melaksanakan Penghijauan Tingkat Provinsi Aceh Tahun 2009-2010.

C. Kendala-Kendala

Dalam hal peningkatan kualitas belajar, khususnya melalui upaya penataan lingkungan sekolah, terdapat banyak kendala. Keadaan ini disinyalir dapat menghambat proses pencapaian tujuan secara maksimal.

1. Kerjasama

Dalam menjalankan suatu program tentu memerlukan kerjasama, baik secara internal warga sekolah maupun dengan pihak eksternal (masyarakat). Membangun kerjasama merupakan kendala besar yang sering dihadapi manakala ada pihak tidak memiliki rasa tanggungjawab terhadap sekolah. Kebiasaan selama ini ada oknum (misalnya guru) menganggap tanggungjawab mereka hanya sekedar mengajar. Sementara urusan lingkungan sekolah sering diabaikan.

Membangun kerjasama dengan orang-orang yang sudah terbiasa dengan kebiasaan tidak baik merupakan sebuah kendala besar. Butuh pemikiran, pendekatan, serta manajemen yang tepat untuk merangkul mereka-mereka yang selama ini kurang memiliki rasa tanggungjawab mereka terhadap sekolah.

2. Biaya

Pada tahap pelaksanaan program, masalah biaya menjadi kendala tersendiri. Pada kasus tertentu masalah biaya sering menjadi penghambat terlaksananya program tepat waktu. Kasus penimbunan tempat-tempat yang rendah supaya air tidak tergenang misalnya memerlukan biaya yang pada akhirnya dibantu oleh masyarakat. Dengan keadaan yang tidak memungkinkan mengutip biaya dari orang tua/wali siswa membuat pimpinan harus telaten dalam mengelola keuangan, khususnya untuk pembiayaan penataan lingkungan sekolah

3. Kepatuhan terhadap Aturan

Keadaan budaya masyarakat yang kurang patuh terhadap aturan juga berimbas pada sekolah. Hal ini wajar mengingat warga sekolah merupakan bagian dari masyarakat suatu bangsa itu juga. Apapun jenis aturan yang dibuat untuk masyarakat yang budayanya kurang patuh, tentu menjadi kendala tersendiri. Seperti aturan “dilarang buang sampah sembarangan”, aturan ini dapat berjalan jika para guru mengawasi. Namun, ketika luput dari pengawasan, sering siswa membuang sampah sembarangan. Sehingga setiap hari harus diberi arahan dan peringatan.

4. Keinginan Melestarikan

Pikiran-pikiran pragmatis sering mengganggu terlaksananya program yang membutuhkan waktu relatif lama untuk mengetahui hasilnya. Keadaan ini yang mengganggu berjalannya program penataan lingkungan. Bahwa penataan lingkungan sekolah adalah program selamanya yang harus dipertahankan dan dihayati oleh seluruh warga sekolah. Melestarikan dengan merawatnya sering diabaikan, sehingga hal ini menjadi kendala dalam hal mencapai tujuan dari penataan lingkungan yang diinginkan.

D. Faktor Pendukung

Faktor fisik dan sosial merupakan faktor pendukung keberhasilan program penataan lingkungan sekolah yang bersih dan nyaman. Faktor fisik adalah ketersediaan fasilitas-fasilitas fisik, peralatan kerja, dan sebagainya. Sementara faktor sosial mencakup keinginan tiap-tiap pribadi agar berada dalam lingkungan yang nyaman.

Sebagai faktor pendukung dalam penataan lingkungan sekolah, sarana dan prasarana yang sudah ada tentunya dapat dimanfaatkan sebaik mungkin. Faktor perhatian dari masyarakat, komite sekolah, keinginan warga sekolah agar lingkungan terasa nyaman, serta keinginan untuk menciptakan lingkungan sekolah yang bersih dan asri adalah faktor-faktor lainnya yang mendukung terlaksananya program ini.

Di sisi lain, keberhasilan menata lingkungan sekolah tidak terlepas dari tenaga kerja (dalam hal ini memanfaatkan kuantitas siswa) seperti kegiatan-kegiatan pembersihan sampah, pemeliharan taman dengan menyiram, dan sebagainya. Tentunya tanpa faktor pendukung tenaga, maka penataan lingkungan juga tidak bisa berjalan secara maksimal.

E. Alternatif Pengembangan

Lingkungan hidup merupakan kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, serta segala sesuatu potensi yang dapat mendukung kesejahteraan hidup manusia. Lingkungan hidup dapat berupa (1) lingkungan hayati, yaitu hewan, tumbuhan, manusia, dan jasad renik. (2) lingkungan nonhayati, yaitu benda-benda tidak hidup seperti air, tanah, batu, udara, dan sebagainya.

Keadaan di mana manusia tidak mampu menjaga kualitas lingkungan hidup dapat menimbulkan pencemaran. Pencemaran (polusi) adalah peristiwa berubahnya keadaan alam (udara, air, tanah, dan suara) karena adanya unsure-unsur baru atau meningkatnya sejumlah unsur tertentu. Pencemaran ini dapat menimbulkan gangguan ringan dan berat terhadap mutu lingkungan hidup manusia.

a) Pencemaran udara

Hasil limbah industri (industr rumah tangga), limbah pertambangan (debu pasir hasil galian C), dan asap kendaraan bermotor dapat mencemari udara. Asap-asap hasil pembuangan tersebut terdiri atas karbon monoksida, karbon dioksida, dan belerang dioksida. Karbon dioksida dapat meracuni dan mematikan makhluk hidup, sedangkan belerang dioksida menyebabkan udara bersifat korosif yang menimbulkan proses berkarat pada logam.

b) Pencemaran air

Pembuangan sisa-sisa industri secara sembarangan bisa mencemarkan air sehingga manusia sulit mendapatkan air minum yang sehat dan bersih. Pemakaian deterjen juga mencemarkan air. Busa sabun deterjen sulit dinetralkan lagi. Busa sabun detejen sering tidak tersaring oleh tanah, sehingga air yang mengandung deterjen tidak baik untuk diminum.

c) Pencemaran tanah

Pada dasarnya tanah pun dapat mengalami pencemaran, penyebabnya antara lain: bangunan barang-barang atau zat-zat yang tidak larut dalam air yang berasal dari pabrik-pabrik, dan pembuangan ampas kimia dan kertas plastik bekas pembungkus botol bekas.

d) Pencemaran suara

Pencemaran udara dapat timbul dari bisingnya suara mobil, kereta api, pesawat udara, dan jet. Di pusat-pusat hiburan dapat juga terjadi pencemaran suara yang bersumber dari tape recorder yang diputar keras-keras. Adanya pencemaran suara dapat mengakibatkan timbulnya berbagai macam penyakit dan gangguan seperti, gangguan jantung, pernafasan, perasaan gelisah, tuli, dan gangguan saraf.

Pada tahap-tahap tertentu, pencemaran lingkungan tidak hanya dapat menimbulkan dampak dalam jangka panjang. Dalam waktu yang singkat pun pencemaran-pencemaran tersebut di atas bisa menimbulkan kerugian. Para siswa dan guru bisa terkena penyakit yang disebabkan pencemaran lingkungan sekolah mereka, seperti penyakit infeksi saluran pernapasan, dan lain-lain sehingga dapat mengganggu proses belajar mengajar.

Sejalan dengan semaraknya pembangunan, maka tidak bisa diingkari bahwa dampak yang ditimbulkan beragam. Kerusakan lingkungan adalah salah satu dampak yang langsung dirasakan oleh manusia. Udara yang panas menyengat disinyalir disebabkan oleh semakin sedikitnya jumlah tumbuhan yang ada. Padahal tumbuhan merupakan makhluk yang dapat menetralisir kandungan karbon dioksida diudara. Seperti diketahui zat karbon dioksida adalah unsure yang menyebabkan meningkatnya panas muka bumi. Degradasi-degradasi lingkungan lainnya seperti banjir, tanah longsor, penyakit yang disebabkan polutan, terbatasnya persediaan air bersih juga disebabkan oleh lemahnya wawasan masyarakat dalam menjaga lingkungan hidup. Sementara lingkungan hidup merupakan salah satu warisan luhur generasi sekarang untuk generasi berikutnya.

Demikian halnya dengan lingkungan sekolah SMA Negeri 1 Mutiara, keadaan di mana gejala-gejala penurunan kualitas lingkungan mulai terlihat sehingga butuh kepedulian pihak-pihak sekolah untuk mencegah timbulnya kerusakan. Beberapa hal yang dapat diusahakan untuk menjaga lingkungan adalah sebagai berikut.

1. Penghijauan dan Penataan Taman

Usaha penghijauan dapat mencegah rusaknya lingkungan yang berhubungan dengan air, tanah, dan udara. Keuntungan pelaksanaan penghijauan meliputi (1) tumbuh-tumbuhan dapat menyaring dan mengatur air, mencegah banjir, dan menimbulkan mata air, (2) tumbuh-tumbuhan dapat menyuburkan tanah. Daun-daun yang berguguran, lama kelamaan membusuk dan menjadi lapisan humus. Akar tanaman dapat mencegah erosi dan bahaya longsor. (3) tumbuh-tumbuhan menimbulkan udara yang segar, sebab tumbuhan mengambil CO2 dan melepaskan O2 yang diperlukan manusia untuk bernafas.

Selain hal tersebut di atas, tumbuhan juga mengandung nilai estetika. Keindahan dan keasrian pemandangan lingkungan sekolah dengan adanya tumbuhan perlu terus dijaga. Penataan taman di pekarangan sekolah harus benar-benar dilakukan dengan teliti dan sungguh-sungguh. Taman ini perlu dijaga kelangsungannya, sehingga semua pihak wajib menjaga dan merawatnya. Pembenahan penataan taman dan dan penghijauan di SMA Negeri 1 Mutiara merupakan program utama yang harus dilaksanakan melalui penataan taman sekolah yang aman, sejuk, rapi, dan indah melalui penanaman tanaman hias. Sementara pohon Asan (dalam Bahasa Aceh) yang sudah berusia lebih dari 50 tahun yang berada di pekarangan SMA Negeri 1 Mutiara perlu dipertahankan. Mengingat lamanya waktu yang dibutuhkan untuk mengganti pohon-pohon besar tersebut.

Kegiatan ini merupakan hasil musyawarah rapat kerja dewan guru dan staf SMA Negeri 1 Mutiara untuk menciptakan situasi kerja, pembelajaran yang nyaman, sejuk, menyenangkan, dan diminati warga sekolah. Pemeliharaan lingkungan dan taman sekolah menjadi tanggung jawab bersama warga sekolah, seperti penyiraman, pemupukan, dan pemeliharaan. Semua kegiatan ini dilaksanakan dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab dengan menggunakan konsep “kekeluargaan” atas dasar “semua milik kita”. Untuk tahap awal semua bibit tanaman merupakan hadiah dari wali murid yang mampu dan setiap pemberian tersebut diumumkan pada seluruh siswa setelah upacara bendera setiap hari senin, guna memotivasi siswa lainnya.

2. Pengelolaan Air

Air merupakan sumber kehidupan. Namun, adakala air dapat menjadi kendala khususnya kendala yang menyangkut proses belajar mengajar di sekolah. Misalnya, saat musim hujan, di mana saat-saat ini air berlimpah. Tanpa ada pengelolaan lingkungan seperti pembuatan saluran-saluran air maka dapat berakibat terjadinya banjir. Ketika air tergenang kemungkinan besar adalah proses belajar mengjar jadi terganggu.

Selain banjir, saluran air yang tersumbat dapat juga menimbulkan bau tidak sedap dan dapat pula menimbulkan penyakit, sebab pada air tergenang jentik-jentik nyamauk penebar penyakit dapat berkembang-biak. Di samping itu, pembuatan saluran air dapat mencegah mengalirnya air limbah kantin sekolah ke tempat khusus pembuangan limbah. Jika tidak air limbah yang dibuang ke tanah bisa merembes, masuk ke tanah dan bercampur dengan air tanah. Hal itu berarti bukan tanah saja yang tercemar, tetapi juga air bawah permukaan tanah.

Mengantisipasi kondisi yang terjadi, warga sekolah melakukan penimbunan pada tempat-tempat yang agak rendah sehingga bila musim hujan air tidak tergenang. Biaya penimbunan ini merupakan bantuan masyarakat yang disalurkan melalui komite sekolah. Keterkaitan komite sekolah beserta masyarakat di sekitar sekolah sangat positif, hal ini menyebabkan program sekolah dapat berjalan dengan baik.

3. Penertiban Pembuangan Sampah

Sampah dapat menimbulkan permasalahan, seperti sarang penyakit, menimbulkan bau busuk, dan mengganggu pandangan mata. Oleh sebab itu, buanglah sampah pada tempat yang telah ditentukan. Jangan membuang sampah di sembarang tempat. Tempat penimbunan sampah jangan sampai mengganggu suasana sekolah. Di samping itu perlu juga dipikirkan pula cara pemusnahannya. Mengingat jenis sampah anorganik sangat susah dimusnahkan.

Banyak cara penanggulangan sampah, untuk sampah-sampah yang dapat dibakar mudah saja penanggulangannya. Untuk menghindari asap yang dapat mengganggu proses pembelajaran maka sampah dapat dibakar pada hari-hari libur. Cara lainnya adalah pemisahan sampah organik dan anorganik. Sampah organik seperti sayuran, sisa makanan, pertanian, perkebunan, dan peternakan dapat dijadikan bahan praktikum mata pelajaran untuk pembuatan kompos (pupuk organik).

Sementara untuk jenis sampah anorganik (bahan-bahan bekas) seperti plastik, kertas, karton, kardus, seng, besi logam, alumunium, kaleng, serbuk gergaji, potongan kain, kaca dan kulit dapat diolah melalui sistem daur ulang. Proses daur ulang adalah pengolahan kebali suatu massa atau bahan-bahan bekas dalam bentuk sampah kering yang tidak mempunyai nilai ekonomis menjadi suatu barang yang berharga dan berguna bagi kehidupan manusia.

Proses daur ulang dapat dilakukan dengan memisahkan sampah-sampah kering pada satu tempat khusus. Bahan-bahan bekas tersebut dapat dijadikan beragam hasil seni yang dipandu oleh mata pelajaran kesenian dan keterampilan. Sisanya dapat digunakan oleh para pemulung agar dijual kembali untuk didaur ulang di tempat lain.

Kegiatan lingkungan bersih dan sehat dilakukan setiap warga sekolah (guru, siswa, pegawai) setiap pagi setelah senam pagi dilaksanakan, denga cara setiap orang harus membersihkan/mengambil sampah dalam radius 1 m di sekitarnya dan membuangnya pada tempat sampah yang telah disediakan.

Bila semua proses pembelajaran/waktu sekolah berlangsung, bila ada siswa yang membuang sampah atau sisa makanan pada bukan tempat pembuangan sampah, maka siswa tersebut akan dikenakan sanksi untuk membawa bibit tanaman untuk penghijauan. Selama aturan yang disepakati itu dilaksanakan telah terjadi peningkatan kebersihan sekolah.

4. Penataan Ruang

Pendidikan merupakan kebutuhan manusia sebagaimana kebutuhan pangan, sandang, dan papan. Semua pihak harus memenuhi kebutuhan pendidikan anak sebagai generasi penerus bangsa. Pemenenuhan hak pendidikan termasuk di dalamnya pengembangan ilmu pengetahuan serta pewarisan budaya. Belajar adalah langkah utama yang harus ditempuh oleh si anak. Dalam hal ini, belajar anak sangat dipengaruhi oleh keseriusan berbagai pihak dalam penyediaan serta pemenuhuan standar sarana dan prasarana, standar proses, serta penentuan standar hasil yang diharapkan.

Dalam hal yang berkaitan dengan standar sarana dan prasarana; penataan semua ruangan harus diatur sesuai dengan fungsinya. Ruang kepala sekolah, pengajaran, ruang dewan guru, ruang belajar, perpustakaan, laboratorium, mushalla, ruang keterampilan, WC, dan ruang-ruang lain disesuaikan dengan pola tata ruang. Ventilasi ruangan dibuat sedemikian rupa agar terjadi pergantian udara di dalam ruangan dan kebutuhan sinar matahari dalam ruang juga harus mencukupi. Sementara pekarangan sekitar ruangan ditata memenuhi persyaratan kesehatan. Perlu disadari bahwa penataan ruang memiliki dampak terhadap proses pembelajaran. Misalnya, letak WC yang berdekatan dengan kelas dapat mengganggu kenyamanan siswa dalam belajar. Bau yang tidak sedap harus diantisipasi sedini mungkin, langkah-langkah yang ditempuh seperti pembuatan septic tank perlu ditunjang oleh perawatan yang berkesinambungan agar tidak sampai bocor. Demikian juga dengan lantai WC perlu dijaga kebersihannya agar siapa pun yang memakai akan merasa nyaman.

Kemudian, letak kantin sekolah ditata agar tidak berhadapan dengan ruang belajar siswa. Keadaan yang memungkinkan letak kantin yang berhadapan dengan ruang belajar disinyalir dapat mengganggu konsentrasi belajar siswa. Demikian juga lokasi kantin diharapkan mudah dipantau untuk mengatasi siswa yang membolos. Dalam hal perlakuan agar siswa konsentrasi dalam belajar, maka letak lapangan olahraga diupayakan tidak terlalu dekat dengan ruang belajar agar keriuhan siswa ketika sedang mengikuti pelajaran olahraga tidak mengganggu konsentrasi belajar siswa lainnya.

Sekolah juga perlu melakukan koordinasi dengan komite sekolah. Berkaitan dengan ini diupayakan agar aktivitas masyarakat di sekitar sekolah yang menimbulkan kebisingan seperti bengkel, dan sejenisnya diminta agar lokasinya agak berjauhan dengan sekolah. Kebisingan yang ditimbulkan oleh bentuk-bentuk aktivitas tersebut dapat mengganggu siswa dalam belajar.

Dengan demikian, syarat-syarat utama yang perlu diperhatikan dalam penataan ruang adalah luas ruangan kelas, cahaya matahari, ventilasi, udara yang bersih serta jauh dari kebisingan. Syarat-syarat ini tentunya menjadi landasan dalam mengatur tata guna lingkungan sekolah agar berdampak pada peningkatan kualitas belajar mengajar.

Ketika lingkungan belajar telah menimbulkan kesan asri dan nyaman, tentunya proses belajar mengajar akan berlangsung secara nyaman pula. Pada suatu konsep pembelajaran dikemukakan bahwa suatu proses belajar mengajar yang baik maka akan memberikan hasil belajar yang baik pula, begitu juga sebaliknya. Suasana nyaman tidak hanya berimbas pada lingkup lingkungan sekolah saja. Tetapi, dapat juga menarik minat masyarakat sekitar untuk menikmati keindahan lingkungan sekolah juga.

BAB III

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian tentang penataan lingkungan sekolah dan kaitannya terhadap upaya peningkatan kualitas belajar mengajar di SMA Negeri 1 Mutiara, maka dapat diambil beberapa kesimpulan, yaitu:

1. Penataan lingkungan sekolah serta penghijauan harus dilakukan agar tercipta suasana pembelajaran yang nyaman, asyik, menyenangkan, dan diminati siswa.

2. Penataan lingkungan sekolah dapat terlaksana bila kesadaran siswa, guru, pegawai, dan masyarakat mendukung.

3. Perlu keterlibatan komite dan unsur terkait dalam melaksanakan program penataan lingkungan sekolah serta penghijauan.

4. Kenyamanan lingkungan sekolah dapat mempengaruhi kualitas belajar mengajar di sekolah.

B. Rekomendasi

Dari uraian kesimpulan di atas maka dapat penulis rekomendasikan bahwa:

1. Penataan lingkungan sekolah SMA Negeri 1 Mutiara kabupaten Pidie agar dapat dilestarikan dan diteruskan di kemudian hari oleh semua warga sekolah.

2. Bagi kepala sekolah agar memperhatikan penataan lingkungan sekolah dalam rangka upaya meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah

3. Bagi peneliti-peneliti khususnya bidang penelitian keterkaitan lingkungan terhadap kualitas pembelajaran silahkan dilaksanakan penelitian lebih lanjut.